Berpikir Dewasa Belum Tentu Bersikap Dewasa

Posted in Umum with tags , , , , on April 6, 2010 by y2nshit
Ilustrasi : Google

Ilustrasi : Google

Beberapa hari lalu saya sering melihat postingan teman-teman atau rekan-rekan di maillist maupun di group facebook, yaitu banyak yang selalu berfikir kritis terhadap dogma agama maupun pada sistem pemerintahan dari bentuk khilafah dan juga demokrasi. Karena mungkin mereka merasa terpanggil untuk memperbaiki semua keadaan dari krisis moral, ekonomi dan juga kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas.

Pembahasan pada kemiskinan dan moral selalu menjadi dasar bahasan. Perasaan dan semua pola pikir mengingatkan kita pada keadaan orang-orang yang menjadi objek bahasan yaitu orang yang hidup dibawah garis kemiskinan (proletar) tersebut. Totalitas kesimpulan yang ada pada mereka sangat banyak dalam pandangan terhadap alasan kemiskinan dan moral itu, karena mungkin mereka itu mengikuti dogma agama tanpa kritis terhadap agama yang dianutnya, mungkin mereka itu korban kemalasan, dan mungkin juga mereka korban peradaban ataupun korban sistem yang salah.

Kalau kita mau jujur sebenarnya hal ini telah menjadi persoalan kemanusiaan yang jauh lebih dalam dan lebih penting yang bukan hanya menghabiskan waktu untuk berdiskusi/berdebat pada kesempatan tertentu saja. Walaupun wawasan kita bertambah tapi apakah semua itu bermanfaat buat mereka (orang yang hidup dibawah garis kemiskinan) yang jauh lebih membutuhkan sikap nyata kita. Dan apakah keadaan mereka bisa berubah hanya dengan nasehat-nasehat yang kita berikan dan doa-doa yang kita panjatkan buat mereka?

Berangkat dari pengalaman saya dan mungkin bukan saya saja yang melihat banyak orang berdoa sampai menangis dengan cucuran air mata (Fundamentalis tanpa sikap kritis), mereka yang berfikir (Intelektual tanpa bersikap) dan juga mereka (Pelaku spiritualitas tanpa sikap kritis). Mereka hanya asik bermain dalam keadaan yang hinggap pada backgroundnya masing-masing dan mereka selalu merasa sudah menjalankan apa yang menjadi panggilan semu terhadap keadaan kemiskinan dan keadilan tersebut.

Dan bila kita mau mengakui dan lebih bersikap jujur pada diri ini bahwa kitalah sendiri yang sebenarnya menjadi penghalang terbesar terhadap keadaan kemiskinan yang ada dan keadilan yang seharusnya mereka (proletar) dapatkan. Penghalang terbesar ini seperti tembok raksasa yang menjadi penghambat terangkuh dan terkuat yang hanya bisa di robohkan dengan sikap kritis diri sendiri dari pada kritis keluar diri (sudahkah kita berbuat sesuatu yang berguna, walaupun hal kecil terhadap mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan)

Sekarang kita mulai dengan semua pertanyaan-pertanyaan klasik terhadap tujuan hidup ini. Apa anda selalu memaknai hidup ini? Apa anda sudah melupakannya? Apa yang anda dapat dari pengaruh ajaran agama anda selama ini? Apa yang anda dapat dari pengaruh dari sistem yang anda banggakan selama ini? Apa itu semua telah mengubah kemiskinan di negara ini? Apa dengan itu semua terciptanya keadilan bagi mereka (kaum proletar) dalam hal pendidikan ataupun kesejahteraan? Apa kita sudah merasa bangga terhadap keadaan sekarang ini?

Berfikir dewasa belum tentu bersikap dewasa, kenapa? Karena memang inilah yang terjadi bukan? kita terlalu asik bermain pada awal tujuan tapi melupakan proses nyata yaitu bersikap pada kenyataan hidup, karena hidup bukan hanya berfikir yang hanya memasukan pengetahuan dalam gagasan, saya sangat yakin bahwa hidup bukan hanya dalam konsep ide dan tujuan tapi juga dengan gerak. Dan gerak disini dalam arti proses bersikap yaitu menjalankan semua yang sudah masuk dalam gagasan, imajinasi dan juga harapan dalam pemaknaan pada kehidupan nyata.

Manusia bisa saja dibilang manusia karena memang punya fikiran, ide dan mimpi tapi belum tentu di bilang kemanusiaan yaitu ke derajat yang lebih tinggi lagi. Kemanusiaan itu lahir dari sebuah rasa terhadap gerakan atas pemaknaan arti “manusia” sesungguhnya, karena gerak adalah bagian nyata hidup.

Kita selalu mengutamakan tujuan tapi kadang melupakan sikap (proses nyata) bukankah ini terbalik? Seharusnya tujuan itu menjadi awal segala bentuk sikap, tapi perlu di pastikan kembali bahwa proseslah yang utama, “tujuan adalah awal tapi yang utama adalah prosesnya. Coba anda melihat di sekililing anda yaitu kaum proletar apa mereka tidak nyata untuk dilihat dengan mata ini maupun dengan mata hati anda?.

Kita selalu ingin merasa nyaman, kita terus bohong pada diri sendiri terlebih pada kenyataan. Mimpi dan juga harapan kita satu, yaitu ingin kebahagian, begitupun kaum proletar sudah pasti juga ingin bahagia. Satu-satunya finalnya adalah dengan jalan sikap (gerak).

Beberapa kebodohan yang sulit dihilangkan sepanjang sejarah manusia antara lain perang atas pembelaan agama dan juga kita yang selalu merasa sudah menjalankan konsep harapan terhadap hidup nyata padahal kemungkinan besar hanya dalam konsep diskusi dan opini saja.

Kemanusiaan tidak memandang agama, kemanusiaan bukan karena ideologi dan kemanusiaan bukan hanya untuk dijadikan konsep, tapi bila kita sudah bersikap dengan rasa kemanusiaan itulah yang saya sebut sebagai orang yang beragama dan orang yang berintelektual (aksi) yang telah membuktikan sikap membantu kaum proletar dan ikut serta pada kegiatan kemanusiaan, inilah orang-orang yang sudah tepat menjalankan ideologi dan keyakinan agamanya.

Musuh nyata kita adalah diri kita sendiri (ego). Jadi masalahnya bukan agama dan ideologinya tapi egonya.

Pesan :

Tulisan ini hanya sebagai semangat “Kritis” terhadap pembenahan diri dari segala arah. Bukan untuk mendukung khilafah maupun demokrasi ataupun agama tertentu tapi lebih mengkritisi diri sendiri dibandingkan keluar diri dari pada menghabiskan waktu serta momen kehidupan di dunia ini yang hanya diisi dengan semua filosofis dan argumen-argumen kosong tanpa kenyataan.

~ Memang nikmat membaca itu tapi lebih nikmat lagi bila kita menulis, dan terus berkarya Oleh Gw Untuk Lo~ PiSs ah…!! :p

Ketika Tuhan Beropini Tentang Negara Kita

Posted in Catatan with tags , , , , on April 5, 2010 by y2nshit

Ilustrasi : Google

Ilustrasi : Google

Melihat banyak fenomena yang terjadi dimuka bumi ini, maka hanya ada satu mahluk yang bisa mencerna, memformatkan, dan mencari asal usul kehidupan yaitu manusia. Manusia yang dikenal sebagai mahluk yang berakal ini punya tantangan terbesar juga pada kehidupan. Dan tantangan terbesar itu adalah asal usul manusia itu sendiri. Pembahasan pada asal usul manusia sudah banyak. Bahkan sampai sekarang ini belum ada jawaban yang konkret yang bisa di verifikasikan menjadi jawaban yang benar-benar valid.

Ketika kaum terpelajar dan kita ini hampir saja bosan mencari asal kehidupan, dikarenakan jawaban yang didapat selalu ngambang dan tidak pasti. Maka ada sebagian orang hampir tidak memperdulikan hal ini. Dan orang tersebut hanya memikirkan masalah ekonomi dan bagaimana bisa hidup sejahtera di negaranya. Maka zaman sekarang ini banyak yang lebih tertarik pada perbaikan sebuah bangsa terlebih yang terjadi di Negara kita ini, dibanding mencari asal usul manusia itu sendiri.

Fenomena yang ada di Negara kita ini selalu menjadi pembahasan yang utama dimana-mana. Dari mulai keluarga, di warung kopi tempat nongkrong sampai pada meja perwakilan rakyat. Yang namanya ekonomi jangan ditanya lagi buat pembahasannya, pasti menjadi topik yang hangat. Jadi teringat suatu hari, waktu saya balik kerja dan singgah ke warung kopi. Dimana saya saat itu terpancing obrolan dengan orang tua yang sedang mabuk tapi anehnya bisa menjawab dan lebih nyambung dari apa yang saya tanyakan. Dan saya menyebutnya Opah (kakek).

“Dik, tahukah kamu ketika Tuhan beropini tentang Negara ini..?!”. tanya si Opah.

“Memang Tuhan beropini apa pah?!” dan

“Bagaimana opah tahu kalau itu Tuhan yang beropini?!” tanya saya.

“Semalam malaikat membocorkan rahasia itu pada saya” jawab si Opah.

“Oh ya nama kamu siapa dik?!”

“Nama saya Gul” jawab saya.

“Begini ceritanya dik Gul yang ganteng” (hahaha..huahahaha)è asal deh..!!

Kemarin (opah) sedang enak tidur lalu medadak opah terbangun dan duduk diruang tamu setelah opah ambil minum dari dapur. Dan pada saat itu ruang tamu gelap karena lampunya sudah dimatikan, hanya ada cahaya dari lampu jalanan yang tembus pada jendela rumah. Ketika gelas opah taruh dimeja dan opah menengok ke kanan, opah panik dan kaget karena ada sosok mahluk bercahaya yang ingin bercerita satu hal rahasia pada opah tentang fenomena Negara Indonesia ini. Tadinya opah ragu dan takut tapi rasa penasaran itu menghilangkan rasa takut opah pada sosok itu. Setelah itu mahluk bercahaya itu bicara kembali dan memperkenalkan dirinya pada opah bahwa Ia itu adalah “malaikat”.

Si malaikat itupun mulai bercerita pada opah, inilah rahasianya :

è Tuhan cukup tersenyum indah setelah menciptakan kehidupan khusus buat manusia di satu planet bernama “bumi”. Lalu teman-teman saya para malaikat bertanya pada Tuhan,

“Tuhan Kau kali ini menciptakan sesuatu sampai tersenyum begitu, memang apa kelebihannya”

Tuhan menjawab “di planet yang namanya bumi ini menjadi istemewa karena ada keseimbangannya yaitu kelebihan dan kekurangannya”.

Tuhanpun kembali menjelaskan “Pada bumi itu terbagi dari beberapa benua dan dari satu benua itu terdiri dari beberapa kepulauan”.

“Di benua Eropa sebelah Barat, Tuhan menciptakan tanah dengan dataran yang tinggi, penuh peluang, dan sangat menyenangkan. Seperti Negara Inggris, Skotlandia dan Perancis tetapi Tuhanpun memberi hawa dingin yang menganggu dan yang dinginnya itu bisa menusuk tulang”.

“Di benua Eropa sebelah selatan, Tuhan menciptakan masyarakatnya yang agak miskin. Seperti Spanyol dan Portugal tetapi disana banyak kita temui sinar matahari yang hangat serta pemandangan yang eksotis di selat Gilbartar”.

Dan banyak sekali Tuhan menjelaskan kekurangan dan kelebihan di setiap benua seperti benua Asia, benua Afrika, benua Amerika dan benua Australia. Semuanya telah Tuhan jelaskan pada malaikat-malaikat yang mendengar opini Tuhan.

Lalu saya (malaikat) melihat ada pulau “I” daerah apakah itu Tuhan pulau “I” itu?!

Dan Tuhan pun menjawab itu adalah “Indonesia”. “Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Kuciptakan ramah tamah, suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka ragam warnanya. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni.”

Dan saat Tuhan habis menjelaskan tentang Indonesia, maka

Para malaikatpun terheran-heran dan protes pada Tuhan “katanya tadi setiap daerah itu ada keseimbangannya yaitu kelebihan dan kekurangannya” tapi kok aneh ya pada Indonesia hanya baik-baik saja dimana kekurangannya Tuhan?!

Tuhanpun menjawab “lihat tuh berapa banyak masyarakatnya yang hidup dibodohkan oleh masyarakatnya sendiri, lihat tuh kasus Bank Century, lihat tuh kasusnya Marsinah dan lihat juga berapa banyak sejarah yang dimiringkan karena kekuasaan. Dan lebih konyolnya lagi masih ada banyak masyarakatnya yang berpangku tangan pada pemerintah dan kurangnya kesadaran pada masyarakatnya. “Dan pemerintahannyapun kurang tegas”

“Ya itulah ceritanya Dik Gul, Opini Tuhan tentang Indonesia yang diceritakan malaikat pada saya”. Tutur si Opah.

“Ya terima kasih banyak opah buat obrolanya malam ini”. Jawab saya pada opah.

***

Sayapun pulang dengan geleng-geleng kepala dan takjub juga mendengar cerita si opah yang bertemu malaikat yang membahas tentang Indonesia ini. Setelah itu saya tersadar dengan bunyi alarm di HP saya.. ternyata itu semua hanya mimpi, bertemu dan ngobrol dengan opah juga hanya mimpi terlebih cerita opah tentang malaikat itu semua dalam mimpi.. hahahaha tertawa lagi ah huahahahahaha…hahahahaha J.

Catatan :

Tulisan ini terinspirasi pada thread yang pernah ada di millist yang saya ikuti oleh seorang teman tentang point idenya, lalu saya coba buat tulisan dalam bentuk cerita dan saya kembangkan lagi hingga menjadi satu tulisan yang utuh, tulisan ini hanya fiksi. Dan yang ingin saya sampaikan pada pembaca. Bahwa pesan mimpi saya di atas adalah “kita yang hidup di negeri tercinta ini tidaklah dihukum oleh Tuhan dan tidak juga ditakdirkan dalam keadaan yang sempit ini. Tapi kitalah sedang menghukum diri sendiri karena kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pada setiap permasalahan yang ada pada negeri ini.”

Salam Perubahan.

~ Memang nikmat membaca itu tapi lebih nikmat lagi bila kita menulis, dan terus berkarya ~

Oleh Gw Untuk Lo~ PiSs ah…!! :p